Jumat, 18 Maret 2016

Pendaftaran PPAN 2016 - 2017

PCMISULSEL.org - Seleksi program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) tahun ini akan berlangsung di bulan April. Seleksi Pertama akan berlangsung pada tanggal 14 April 2016, pukul 10.00 WITA.

Sebelum itu, peserta diharapkan mengisi dan mengumpulkan formulir terlebih dahulu. Serta melengkapi sejumlah hal yang telah dijelaskan di PPAN News di bawah ini. Formulir dapat anda download melalui link FORMULIR PENDAFTARAN dan dikumpulkan di Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga Prov.Sulawesi Selatan, Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 11 Makassar. Batas pengembalian formulir 12 April 2016. 


PPAN News 2016

Selamat berjuang, dan semoga diberikan yang terbaik. Untuk mendapatkan informasi terbaru, anda dapat bergabung melalui grup kami di DPD PCMI Sulawesi Selatan. Boleh juga melalui twitter resmi kami di @PCMI_SULSEL


Kamis, 17 Maret 2016

PPAN 2016 Sulawesi Selatan: Coming Soon

PCMISULSEL.org - Minggu ini kami akan segera memberikan informasi terkait dengan roadshow dan juga pendaftaran Pertukaran Pemuda Antar Negara 2016. Selain itu, info kami akan disebarkan melalui Fan Page Facebook dan juga via twitter. 



Semoga tahun ini anda dapat menjadi bagian dari PCMI Sulawesi Selatan.  

Jumat, 04 Maret 2016

Wawancara Bersama Ketua DPP PCMI 2015-2018

PCMISULSEL.org - Setelah Rapat Kerja Nasional di Sanur, Bali pada tanggal 26 hingga 28 Februari berakhir, kami mencoba untuk melakukan wawancara kepada Ketua DPP PCMI Periode 2015 - 2018, Fachry Noviar Singka.  


Suasana peserta rakernas PCMI
sumber gambar: panitia

Boleh beri satu kata untuk PCMI, dan mengapa pilih kata itu?

Inspiring; program pertukaran pemuda antar negara telah memberikan pengalaman yang berharga kepada seluruh partisipan sebagai media pembelajaran melihat dunia secara global dan berinteraksi dengan ragam kehidupan secara langsung. Dari pengalaman yang dimiliki, menjadikan partisipan paska program memiliki inspirasi untuk dapat berbuat banyak untuk kehidupan; dan PCMI sebagai organisasi alumni program pertukaran antar negara yang beranggotakan pemuda-pemudi dari beragam angkatan dan jenis program yang berbeda, menjadi perpustakaan hidup 'living library' untuk menginspirasi anak muda lainnya untuk Generasi Muda Indonesia yang lebih baik.

Bagaimana anda melihat peluang kontribusi PCMI di masa yang akan datang?

Para alumni yang pernah dan sedang dalam posisi pengambil kebijakan negara ini terbukti memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan nasional,setidaknya kebijakan yg digunakan berdasarkan pengalaman mereka di program; sementara alumni yang saat ini tergabung dalam PCMI diharapkan sebagai pusat informasi dan menjadi 'dinamo' pengembangan sumber daya pemuda di daerahnya masing-masing dan suatu ketika nanti PCMI sebagai organisasi berbadan hukum yang fokus pada pengembangan sumber daya manusia dalam hal ini pemuda, diharapkan berperan aktif dalam pembuatan platform pengembangan sumber daya manusia Indonesia, dimana saat ini sudah ada menteri koordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan.

Apa harapan kakak terhadap DPD PCMI di berbagai daerah dan DPP PCMI sendiri? 

Harapannya seperti yang saya sebutkan di point sebelumnya, sebagai tambahan dimanapun PCMI berada diharapkan diakui keberadaannya dengan ragam program inspirasinya dan memiliki sumber daya manusia yang handal serta secara organisasi 'financially independent'. Untuk DPD dan DPP senantiasa punya komunikasi dan koordinasi yang baik dan saling mendukung. Selain itu, revitalisasi dan regenerasi organisasi mampu berjalan dengan baik setiap 3 tahunnya sebagaimana tertuang dalam AD ART.


Menurut anda pribadi, apa yang menjadi tantangan teman-teman alumni untuk mengembangkan PCMI di daerah masing-masing? Dan bagaimana solusi untuk mengatasi hal tersebut?


Tantangannya adalah komitmen pengurus dan pembina, namun hal ini dapat diminimalisir jika dari awal sudah terbangun kesepakatan bersama untuk mengurusi organisasi PCMI. Selanjutnya, Membuka peluang partnership program denganpotensial stakeholder dapat mengimprove eksistensi PCMI dan melaksanakan program yang berkelanjutan, hal penting lainnya memiliki fundraising program yang akuntabel dan transparan yg dapat menjadikan PCMI sebgai organisasi yang 'financially independent'.


Secara pribadi, mengapa anda merasa bertanggung jawab untuk tetap menghidupkan PCMI?

Kita pernah menjadi ambassador dari negara Indonesia, negara telah memberikan dana dan dukungan kepada kita untuk pengembangan potensi diri danmelihat belahan dunia lain. PCMI adalah organisasi yang unik yang beranggotakan orang-orang hebat dengan ragam 'international experiences'. Melalui PCMI, kita bisa memberikan kontribusi balik ke negara dengan beragam program inspiratif dan semoga tanggungjawab ini bukan hanya milik saya tapi milik kita semua alumni program pertukaran pemuda.


Nah masalah kepemimpinan sendiri, apa hal yang menyenangkan jadi KETUA DPP PCMI?

Ini agak sulit jawabnya he he...namun buat saya apapun amanah yang diberikan seharusnya kita lakukan dengan sebaik-baiknya,karena saya percaya sebaik-baiknya manusia yang paling baik adalah mereka yang bermanfaat untuk orang banyak.


Terakhir, apa harapan anda kepada teman-teman PCMI se-Indonesia?

Jadilah pribadi yang berguna untuk orang banyak dan mulailah dari diri sendiri, mulai dari yang kecil dan lakukan sekarang, semoga PCMI tetap akan selalu eksis dengan program-program inspiratifnya dan selalu ada di hati para alumni program.

*

Semoga bermanfaat. 



Kamis, 03 Maret 2016

Refleksi IMYEP: Membangunkan Pemuda

PCMISULSEL.org - Suasana senyap pagi  tanggal 25 Oktober 2015 di salah satu aula hotel Best Western Jakarta Utara. Pagi itu dilangsungkan upacara penutupan Indonesia-Malaysia Youth Exchange Program (IMYEP 2015) sekaligus pengukuhan alumni. Program pertukaran pemuda ini merupakan agenda tahunan Kementrian Pemuda dan Olahraga yang memberi kesempatan pemuda Indonesia untuk memaksimalkan potensi mereka.  Tahun ini dipilih 20 orang perwakilan pemuda terbaik dari 20 propinsi melalui seleksi yang ketat di daerah masing-masing. Para perwakilan ini kemudian bersatu dan menjadi delegasi Pertukaran Pemuda Indonesia-Malaysia.

Peserta Petukaran Pemuda Indonesia - Malaysia.
Sumber foto: pribadi

Pada kesempatan itu, Imam Gunawan, Asisten Deputi Peningkatan Sumber Daya Pemuda memecah keheningan suasana dengan melontarkan pertanyaan kepada para alumni. Beliau bertanya kado berharga apa yang telah alumni bawa  setelah kembali ke tanah air. Pertanyaan ini mesti dicerna dengan seksama sebelum dijawab. Sapitra Gani, pemuda perwakilan Propinsi Bangka Belitung kemudian mengacungan tangan. Dia menjawab bahwa kado yang dibawa untuk tanah air adalah rasa nasionalisme yang semakin membara. Ia mengutarakan bagaimana bergetarnya hati ketika melantunkan lagu kebangsaan Indonesia Raya di negeri orang. Rasa bangga bahwa kebudayaan kita begitu diapresiasi oleh masyarakat negeri jiran karena keragaman yang kita miliki sementara kebudayaan mereka lebih homogen.

Sontak Imam Gunawan memberikan tepuk tangan mendengar cerita tentang kado itu disertai para hadirin. Kemudian beliau menantang pemuda lain dan mengatakan bahwa ia butuh jawaban gila dan nyeleneh. Saya yang tahun ini berkesempatan mewakili Sulawesi Selatan segera mengacungkan tangan. Saya kemudian menyampaikan bahwa jawaban saya kontra dengan jawaban saudara saya dari Bangka Belitung tadi.

Bagi saya, setelah menjalani program ini, “nasionalisme” telah saya campakkan. Saya malah berpikiran bahwa batasan-batasan teritorial menjadi tidak penting ketika melihat realitas kebudayaan. Bahwa kita berbeda negara, itu adalah fakta. Namun tidak semestinya kita terus berpandangan stereotip terhadap orang lain. Ada banyak kesamaan budaya yang saya temukan di negeri jiran tersebut. Ada keakraban yang dalam ketika berinteraksi satu sama lain. Slogan Indonesia-Malaysia Serumpun selama ini dirusak oleh kepentingan-kepentingan yang bersifat politis. Akhirnya mari kita introspeksi diri sejauh mana kita menyikapi nasionalisme. Apakah kita betul-betul akan berbuat untuk negeri ini? Di bagian akhir saya meminta maaf sekiranya kado yang saya bawa pulang ini sedikit kurang ajar. Seisi ruangan menyambutnya dengan tepuk tangan dan gelak tawa.

Haris Atid, delegasi Maluku Utara kemudian menambahkan unek-uneknya tentang hal-hal inspiratif yang ia dapatkan selama program. Sebelum mengakhiri pernyataannya, ia maju ke depan dan memberikan sebuah cincin berbatu Bacan kepada Pak Imam dan berkata ini kado khusus untuknya.  Kali ini gelak tawa lebih meledak.

Setiap kami bebas menafsirkan kado atau oleh-oleh apa yang telah kami bawa setelah kembali. Tak ada masalah dengan cara kami memakai sudut pandang masing-masing dalam menyikapi fenomena yang kami temui. Delegasi Pertukaran Pemuda ini berisi perwakilan setiap daerah yang juga merepsentasikan watak kebudayaan masing-masing. Tidak hanya itu, karakter dan idealisme yang berbeda satu sama lain dari setiap delegasi ini menjadi tantangan tersendiri dalam berinteraksi. Bagaimana pun juga kami adalah satu kesatuan yang bertanggung jawab menyukseskan program ini dan mengharumkan nama Indonesia. Segala sesuatunya dipersiapkan dengan maksimal dan mengalahkan ego masing-masing.

Setelah memahami mereka satu persatu dan belajar banyak tentang budaya mereka, saya merasakan keharuan , mendalam. Betapa kaya dan agung bangsa ini. Betapa perbedaan telah menyatu dalam bingkai Indonesia dan sudah semestinya kita belajar banyak tentang ke-Indonesiaan kita. Setelah kita belajar, kita akan lebih menghargai perbedaan. Bagaimana mungkin kita bisa belajar dan menghargai perbedaan di negeri orang sebelum memulainya dari negeri sendiri.

Beberapa bulan lalu setelah kami terpilih sebagai delegasi, sanak saudara, teman dan orang-orang di sekitar kita menyampaikan rasa bangganya. Bagi mereka ini adalah program bergengsi. Tidak semua orang punya kesempatan emas ini. Hal ini tidak bisa dipungkiri membuat kami merasa sedikit istimewa. Beberapa teman bahkan menyampaikan bagaimana mereka dilepas secara terhormat sebagai putra daerah oleh kepala daerah mereka dan difasilitasi secara moral dan finansial.  

Foto grup peserta pertukaran
Sumber foto: pribadi


Apa yang kami sadari pada akhirnya sangat berbeda. Program ini bukanlah program bergengsi sebagaimana yang orang bayangkan. Program ini adalah beban yang tidak semestinya hanya dirayakan dengan suka cita penuh kebanggaan. Program ini bagi kami adalah media perenungan tentang apa yang kami bisa lakukan untuk bangsa ini sesuai dengan potensi yang kami miliki. Bahwa di pundak pemuda dibebankan tanggung jawab yang maha besar. Sebagai penutup, program ini bukan kegiatan plesiran atau jalan-jalan. Program ini adalah tantangan kepada pemuda Indonesia untuk menunjukkan dedikasinya.


*Arif Rahman Dg. Rate, Penulis adalah Delegasi Sulawesi Selatan pada Program Pertukaran Pemuda Indonesia Malaysia 2015.